Selasa, 26 Juni 2012

Sebuah Cerpen

 “ARTI KEHIDUPAN”
Oleh : A. Ananda Rizqy Amalia

Genre : Persahabatan, Sad, Konflik, and many others, (just find it by yourself)
Note : Honestly, ini merupakan cerpen kedua yang ku tulis.. Hehehe, sebenarnya sih konsepnya udah ada dikepalaku tapi, baru sekarang bisa diposting.. Hehehehe, sorry,  jika ceritnya rada-rada GAJE gitu...I just have only hope.. DON’T BE A SILENT READER..LEAVE A COMMENT Oke??  
*******************************************************************************
“Ceraikan saja aku…..” Terdengar suara ibuku yang sedang bertengkar dengan ayahku..
Hmmpp… sedangkan aku?? Berada dalam  kamar berusaha agar tak mendengarkan. Walaupun entah mengapa sekeras aku berusaha tetap saja air mataku tetap mengalir. Tidakkah mereka mengerti akan perasaanku? Apakah  mereka akan tetap seperti itu? Tidakkah mereka tahu aku telah lelah selama seminggu ini?
            Oh ya, perkenalkan namaku Andi Ananda Rizqy Amalia, biasanya dipanggil A.Nanda. Maksudku tentang lelah selama seminggu ini, ialah orang tuaku terus-terus saja bertengkar dan para sahabatku saat ini sedang bertengkar. Aku lelah dengan semua ini. Ya Allah.. kuatkanlah hambamu ini.
            Pertengkaran antara orang tuaku berlangsung hingga pagi. Hmmpp.. padahal aku telah berharap agar pertengkaran  itu selesai kemarin. Seperti biasa, ketika orang tuaku bertengkar aku hanya pura-pura bahwa semuanya terlihat normal.
“Yah.. Bu, Nanda ke sekolah dulu, ya? Assalamualaikum…”
Sempat ku lihat ibuku langsung masuk ke kamar mengunci pintu. Sedangkan ayahku langsung tidur lagi. Ya Allah, moga-moga mereka baik-baik saja. Semoga mereka dapat berpikiran jernih lagi. Tolonglah hambamu ini Ya Allah. Sambil menahan tangis selama perjalanan aku memanjatkan doa.
Sesampainya di sekolah, malah perasaanku bertambah parah. Bayangkan, suasana di kelas sedang mencekam. Sahabat-sahabatku  yang merupakan anggota dari N2M saat ini sedang bertengkar. Yang parahnya lagi aku tak tahu apa sebenarnya masalahnya. Karena ketika konfrontasi sedang berlangsung, saat itu aku sakit. Entah ketika itu aku sedang sakit secara fisik atau secara nurani? Saat kembali ke sekolah, aku berharap mendapatkan senyum dan candaan dari sahabat-sahabat N2M sehingga biarlah walaupun hanya sejenak aku mampu untuk melupakan masalahku di rumah.
Tapi, apa yang kudapat di sekolah? Yang kudapat hanyalah tatapan saling benci antara sahabat-sahabatku. Ketika aku meminta penjelasan dari Mutia dan Mekka, mereka malah mencoba untuk mempengaruhiku. Padahal bukan itulah yang kuinginkan. Bukan itu. Yang kuinginkan hanyalah penjelasan yang sesuai dengan kenyataan.
Ketika aku meminta penjelasan dari Nurul, yang kudapat ialah katanya dia tak tahu sebenarnya yang terjadi apa. Namun, katanya hal ini terjadi hanya karena hal sepele. Saat itu, katanya mereka sedang membersihkan lantai kelas. Nurul ini katanya pergi mengambil air tetapi ketika sampai di sana, Mekka dan Mutia meminta air itu. Tetapi Nurul tidak ingin memberikannya dengan alasan bahwa katanya mereka telah diambilkan oleh Suryadi, teman sekelas kami. Semenjak itu mereka tidak pernah saling bicara dan keduanya sering melihatnya dengan tatapan benci.Hmmpp.. tetapi menurut Mekka dan Mutia, mereka kesal sekali karena apakah hanya seember air kotor saja diminta dia sudah kikir.
Ya Allah, apakah hanya karena ini mereka bertengkar? Sungguh permasalahan yang sangat sepele. Seandainya di antara mereka dapat saling mengerti saja, semua ini tak akan terjadi. Aku sungguh sangat ingin memberitahukan kepada  mereka akan hal itu. Tetapi, aku tak dapat melakukannya. Aku sungguh pusing dan sakit memikirkan semua ini. Ya Allah, bantulah hambamu ini.
Ketika istirahat aku pun pergi ke pohon dekat kelas yang biasa kami jadikan sebagai markas N2M. Yah.. itulah yang kulakukan selama seminggu  ini. Ke markas menyendiri dari semuanya.Seperti yang kuduga tak ada seorang pun sahabatku di sana.
Sesampainya  disana aku hanya dapat menangis. Melampiaskan segala sesuatu yang menghimpit di dada. Yan muncul di pikiranku, hanyalah segala memori indah yang selalu ku lalaui selama baik itu bersama sahabatku ataupun bersama keluargaku.
Aku ingat ketika kami sekeluarga bernyanyi dan joget bersama, bermain kartu bersama, saat ada yang kalah dan kami menertawainya itu sangat indah, saat kami sekeluarga bermain mallempu, ketika kami mengaji bersama. Aku sangat merindukan itu.
Apakah orang tuaku telah melupakan akan hal itu ketika mereka bertengkar? Pertanyaan ini sering terpikirkan ketika orang tuaku bertengkar. Dan hal itu sampai sekarang belum terjawab-jawab.
Aku juga teringat ketika kami N2M saling bercanda, saling bermain-main judo, saat makan bersama, saat tertawa lepas bersama. Tidakkah mereka mengingatnya? Apakah kenangan terindah itu akan hilang ketika kita bertengkar?
Sambil menangis  ku mencoba tuk memahami arti kehidupan ini. Apakah begini hidup? Kesedihan dan kebahagiaan yang terus datang silih berganti?
Ku melihat jam tangan, waktu istirahat sudah hamper selesai. Aku pun mengusap air mata, dan bergegas ke WC. Saat itulah ku melihat sepasang mata yang indah. Sepasang mata yang menatap mataku yang lembab. Bergegas aku pun ke WC membasuh muka untuk menghilangkan bekas air mata. 
Sesampainya di kelas aku mencoba untuk menjauh dari semuanya. Berusaha tuk melupakan permasalahan yang sedang terjadi. Namun, hal yang paling aneh adalah entah mengapa aku  tak dapat melupakan mata itu. Siapa ya dia? Pertanyaan itu selalu saja terngiang di kepalaku.
Tak terasa waktu di sekolah telah berlalu… Saatnya pulang. Entah mengapa semenjak aku memikirkan mata itu, aku sejenak melupakan  permasalahan yang sedang terjadi.
“Nanda.. pulang yuk?!” Mekka kemuadian mengagetkanku.
“Yuk, Nanda pulang! Sampai kapan kamu mau terus melamun di sini?” Tanya Mutia
“Eh… nggak kok! Aku nggak ngelamun, hanya berpikir saja !”
“Kalau gitu, ayo kita pulang !”
Sekilas ku lihat Nurul masih mengatur barang-barangnya. Sendiri. Kasian dia..
“Hmmpp… sebaiknya kalian menunggu dulu di luar! Nanti aku menyusul. “ sahutku..
“Oke dehh.. see you di gerbang oke?”
“Oke!”
Saat mereka keluar kelas, aku pun bergegas mengatur barang dan menghampiri Nurul.
“Rul, yuk pulang bareng !” Sahutku tiba-tiba
“Ehh… memangnya nggak papa? Kan mereka sedang marah sama aku?” Tanya Nurul dengan pasrah, sempat ku lihat ada bekas air mata di pipinya.
“It’s okay… Daripada kamu sendiri.”
“Oh.. kalau begitu baiklah.”
Akhirnya kami pun bareng keluar dari kelas.
“Hoii.. Nanda kamu kok lama banget, sih? “ Tanya Mekka
“Udah dari……..” Perkataanya pun berhenti ketika matanya tertumpu pada Nurul yang ada di sampingku.
“Kan kamu tahu aku tuh orang lelet…Hehehehe” Sahutku berusaha tuk mencairkan suasana yang sempat dingin.
“Ohh… ya udah kalau begitu..” Sahut Mutia.
Akhirnya kami pun dengan diam meninggalkan sekolah. Di sepanjang perjalanan perasaanku tuh gelisah banget. Coba saja bayangkan? Rasanya mereka semua dapat saling makan memakan. Entah sampai kapan akan seperti ini.
Saat sibuk memperhatikan suasana yang terjadi di antara sahabatku,mataku tertumpu pada sepasang mata yang mirip dengan mata yang memperhatikanku tadi. Ku perhatikan wajahnya. Oh.. ternyata dia adalah Radit.
Ku lihat dia sedang sibuk dengan temannya. Hmmpp.. Radit ini merupakan seorang anak imam di masjid Baiturrahman. Dia itu sangat pandai di bidang keagamaan. Bacaan Qurannya bagus, dia juga biasa menghafal Al-Quran. Menurut apa yang ku dengar dia itu sudah hafal Juz Amma dan Juz 29. Wow.. hebat bukan?
“Nanda…. Nanda…” sahut Nurul mengagetkanku
“Astagfirullah….. Kau. Huh. Apaan sih?”
“Apa sih yang kau lihat?” Tanya Nurul sambil mengalihkan pandangan. Mencoba tuk mencari apa yang ku perhatikan dari tadi.
“Tidak apa-apa kok..” Jawabku.  Aku pun baru menyadari apa yang kurang
“Ehh.. Mekka sama Mutia kemana?” Tanyaku.
“Entahlah.. Mereka berjalan dengan sangat cepat.” Jawab Nurul
“Huh. Dasar mereka itu !” Jawabku
Bergegas aku dan Nurul pun berjalan pulang.
Sesampainya di rumah, ku perhatikan keadaan. Ternyata keadaan di rumah belum berubah-ubah. Ibuku di dalam kamar. Ayahku, tidur. Selepas memberi salam, aku masuk ke rumah dan langsung ke kamar. Mengunci diri, nyalakan headset, lalu tidur.
Entah berapa lama, aku tertidur. Tapi, ketika terbangun aku langsung keluar dari kamar. Ku perhatikan sepertinya keadaan bertambah agak parah atau lebih baik. Parahnya sepertinya mereka baru bertengkar kembali. Baiknya, mereka bertemu dan berbicara. Hanya itu. Yah.. walaupun hanya seperti itu, aku juga tetap bersyukur. Setidaknya, terlihat seakan-akan mereka ingin menyelesaikan masalah.
“Apa tidak ada yang mau makan?” Tanyaku
“Tidak.” Jawab Ibuku, Ayahku hanya diam saja.
“Hmm.. baiklah.” Aku pun bergegas pergi makan.
Sementara aku makan, seperti kedengaran bunyi pintu ditutup. Sepertinya orang tuaku ingin menyelesaikan masalah mereka di kamar. Huh… aku pun berusaha agar tak peduli lagi.
Ku nyalakan TV. Cari channel yang bagus tuk ditonton. Tiba-tiba aku teringat kembali dengan Radit. Huh… dasar ! Kenapa juga sih aku memikirkan dia? Apa karena aku takut karena dia melihat tadi aku menangis? Ahhh… sudahlah…
Keesokan harinya, sepertinya masalah antar orang tuaku sudah agak terselesaikan. Yah… soalnya Ibuku sudah mulai masak. Ayah duduk di ruang tamu. Setelah makan, aku pun bergegas ke sekolah dengan hati yang sudah tidak terlalu berat lagi, tak lupa menyalami orang tuaku dulu.
Sesampainya di sekolah, aku berharap keadaan teman-temanku sama seperti keadaan di rumah. Tapi… sepertinya tidak seperti itu. Malah seakan-akan tambah parah.
Aku melihat Mutia dan Mekka seakan-akan agak menjauhiku. Yah… walaupun tidak seperti Nurul yang dijauhi sepenuhnya, aku tetap merasa mereka menjauhi ku. Ini membuat perasaanku yang tadi agak bahagia berubah menjadi sangat, sangat tidak enak.
Ku akui, aku tak bisa menahan perasaan sedih atau tekanan jika dicuekin oleh teman sendiri. Astaga… rasanya sangaaat sakit. Rasanya seakan-akan aku mau menangis.
“ Nanda… apakah saya perlu memanggilmu lagi??” Suara Guruku membuatku terkaget. Tak terasa, ternyata aku sudah masuk.
“Eh… tidak perlu kok Bu…” Sahutku malu bercampur sedih.
“Sudah, kalau begitu. Kerjakan Soal diatas.”
“Baik… Bu…” Kuperhatikan soal yang ada di papan tulis. Oh… syukurlah aku sudah mempelajarinya semalam. Ya Allah, bantulah hambamu ini.
Saat istirahat tiba, aku langsung ke markas N2M. Ingin menangis lagi, tapi air mata tidak ingin keluar. Nggak enak banget sih…
Ku perhatikan lapangan yang tidak jauh dari markas N2M, ku lihat Radit dan teman-temannya sedang sibuk mempersiapkan latihan upacara. Melihatnya kembali, membuatku berpikir apa yang dia pikirkan tentang aku kemarin? Apa dia menganggapku sangat menyedihkan karena menangis di sekolah? Ahhh… ini membuat frustasi.
Tetapi, ketika ku perhatikan kembali. Ternyata Radit sedang menatap ke arahku. Dia sedang menatap ke arahku??? Dalam hati aku bertanya-tanya. Dalam kebingungan, ku lihat dia tersenyum sangat cerah dan sangat manis.
Senyumannya itu membuatku kaget, heran, dan bahagia. Pokoknya semuanya campur aduk. Senyumannya itu seakan-akan menyampaikan pesan agar aku tetap semangat. Entah apakah itu hanya perasaanku saja. Tapi, seakan-akan hati ini memiliki semangat lagi. Seakan semuanya akan baik-baik saja.
Setelah itu, dia pun memalingkan wajahnya. Masih bingung, tiba-tiba aku berpikir apakah ini kehidupan? Baru saja rasanya aku tidak memiliki semangat, seakan-akan kebahagiaan telah menghilang dalam hidupku. Seakan-akan aku tidak mampu lagi untuk menanggung semua beban ini. Tapi, kemudian tiba-tiba semuanya hilang. Seakan-akan aku mampu tuk berdiri tegak kembali. Seakan-akan mampu tuk selalu tersenyum bahagia tanpa ada beban.
Apakah ini kehidupan itu? Semuanya sedih dan bahagia dapat kita rasakan bersamaan. Semua sedih dapat tiba-tiba terganti oleh bahagia. Demikian pula sebaliknya? Apakah kehidupan ini memang seperti ini? Semuanya harus kita lewati, kesedihan dan kebahagiaan hanyalah bagian dari kisah yang tak akan pernah berakhir.
Dalam senyum dan keresahan kuputuskan hanya seperti itu sajalah kehidupan ini..
***END***

0 komentar:

Posting Komentar